16.11.10

KARAWANG

Hmmmm…..jadwal kuliah dalam seminggu nggak ngepol alias gak full. Dalam seminggu ada beberapa hari yang kosong, kalo nggak salah hari senin, rabu, dan sabtu. Bosan sekali gw hanya berdiam diri tanpa kegiatan berarti di kosan. Kerjanya hanya makan, mandi, tidur, ibadah, ngerjain tugas kalo ada tugas, nonton tv, ketawa. Mau pulang ke kampung halaman udah terlalu sering, apalagi belum ada seminggu gw baru aja balik dari sana.

Ngapain ya yang asik…?!! Mulai memutar otak, mencari cara bagaimana agar di hari-hari kosong ini gw nggak ngerasa jenuh.

Sempat terpikir untuk pergi ke kawasan kota tua Jakarta Pusat, tapi niat itu gw urungkan, karena hitungannya itu sama aja gw pulang ke kampung halaman, nanti ujung-ujungnya pulang ke rumah :D.

Lalu…, dengan cepat gw menghubungi teman kuliah satu jurusan yang dulu pernah ngajak gw untuk ikut dia pulang ke kampung halamannya. Gw menghubungi dia karena gw berpikir kalo dia belum pulang ke kampungnya dan masih ada di kosan. Secepatnya gw sms dia sebelum dia berangkat, maksudnya supaya gw bisa ikut pergi bareng teman gw itu.

Begitu dapet balesannya, yaaahh…, ternyata dia udah di Karawang. Kumaha iyeu?!! Gw udah pengen banget ikut dia dan gak tau lagi mesti ke mana. Hmmmmm…, ya sudahlah, tak perlu risau. Akhrinya, gw mengambil keputusan seperti yang sebelum-sebelumnya gw lakukan. Gw tetap berangkat ke Karawang, meskipun sendiri dan belum pernah ke sana.

Caranya sangatlah gampang, gw cukup meminta teman gw itu menjelaskan bagaimana caranya supaya gw bisa sampai di sana dengan selamat dan utuh. Naik kendaraan apa aja, dan berapa ongkosnya.

Berbekal baju salinan sepasang, alat mandi, alat lenong, dan item lainnya yang mesti dibawa untuk menghindari kejenuhan selama di perjalanan, gw pergi seorang diri menuju terminal Baranangsiang, Bogor. Dengan jiwa pemberani gw yang tergolong nekat, gw naik bis AgraMas jurusan Karawang-Bogor. Berbeda dengan AgraMas jurusan Lebak Bulus-Bogor, AgraMas yang menuju Karawang selalu menunggu penumpang penuh meskipun udah lebih dari setengah jam ngetem.

Eufff….sumpekk!! untung gw duduk di pojok dekat kaca, kalo di tengah atau di pinggir gak kebayang pengapnya karena terjepit penumpang lain meskipun itu bis full AC. Setelah bis sudah padat, maka supir pun melaju meninggalkan kota Bogor.

Selama di perjalanan gw sibuk sms-an dengan teman gw yang udah sampai di Karawang itu untuk meminta penjelasannya supaya gw nggak nyasar. Dua jam perjalanan gw dengan diantar bis AgraMas itu sampai di kawasan yang kanan kiri jalannya membentang luas lautan padi, padiiiii semua, jarang banget ada pohon-pohon besar apalagi rumah penduduk, itu berarti gw udah sampai di Kabupaten Karawang.

Kurang lebih 3 jam gw sampai di terminal Klari. “Bade kamana teh?? bla? bla? bla?”, tanya para calo kepada gw dengan bahasa sunda yang agak kaku *mungkin pendatang, sambil menyebutkan nama-nama tempat yang gw nggak ngerti, bagai selebritis yang diserbu berbagai pertanyaan oleh wartawan media massa. Tapi gw hanya berlalu sambil menggelengkan kepala untuk mewakili jawaban “nggak”, dan kali ini juga bagai selebritis yang sok sibuk dan gak mau beritanya tereksplor. Lalu gw naik angkot sesuai petunjuk teman gw itu dan turun di depan pom bensin.

Gw mulai celingukan mencari teman gw. Sambil telpon-telponan lihat kanan-kiri, tak tampak juga batang hidungnya, padahal dia bilang udah ada di sekitar pom bensin. Nahhh…loo!!!, gw mulai cemas, jangan-jangan gw salah turun dan pom bensin ini bukan yg dimaksud teman gw!

Hampir aja ada pikiran mau naik angkot lagi untuk nerusin parjalanan, tapi ahh…untung aja otak gw memberi kesempatan berpikir dua kali, pom bensin ini kan luas, mungkin aja dia ada di sisi pom yang lain. Kemudian gw coba jalan ke persis depan dan tengah-tengah pom sambil celingak-celinguk. Dan ternyata benar, teman gw itu ada di sisi sebelah kiri pom, sedangkan gw nunggu di sisi kanan pom.

Karena gw berangkat dari Bogor agak siang, maka gw sampai di Karawang juga terlalu siang. Gw di sana disambut dengan hangat oleh keluarga Novi, ya…, Noviana Dwiastuti, cewek keturunan Boyolali yang lahir dan besar di Karawang.

Karena gw ke sana memang tujuannya untuk jalan-jalan dan menghilangkan suntuk, maka siang itu juga gw langsung mengajak Novi jalan-jalan *terbalik ya harusnya Novi yg ngajak gw :D. Keliling di sekitar perkotaan Karawang mencari tempat yang asik dan khas, di antar dengan mobil angkot berplat ‘T’.

Novi menunjukkan gw mall terbesar di Karawang, namanya mall Karawang. Lalu kita berdua masuk meskipun cuma sekedar hunting barang-barang yang sebenarnya bisa di cari di mana aja. *yang berarti, gak penting banget jauh-jauh ke Karawang malah ke mall. Liat ini, liat itu, masuk ke ruang ganti, coba yang ini, coba yang itu, biasalaah cewek, suka laper mata. Dan sampai lelah, kami keluar dari mall itu, tanpa membeli apa-apa! XD

Hmmm…laparr!!! Udah siang dan hampir sore perut belum juga di isi, maka kita melanjutkan ekspedisi kota Karawang.

Menelusuri jalan di pertengahan kota goyang ini untuk mencari sesuap nasi, haha…. Sayang seribu sayang. Lagi-lagi pilihan kita yang nggak banget. Kita memilih mie yamin untuk pemanis perjalanan kita ini. *padahal mie yamin di Bogor juga banyak. Ternyata di Karawang nggak terlalu menonjolkan ke-khas-annya seperti makanan khas, cinderamata, dll.

“Dua porsi mie yamin dan dua gelas es teh manis”, sebagai pelengkap cerita gw di Karawang. Suara cekakak-cekikik kita mengundang penasaran orang. Mereka yang makan di sana menoleh hampir serempak ke arah kita karena penasaran dengan apa yang kita lakukan sehingga mengeluarkan suara tawa yang menggelitik. Meskipun cuma berdua, kita berusaha membuat suasana seperti rame-rame, seru.

Tembak sana tembak sini, kita foto-foto hingga entah apapun yang difoto, bahkan tukang mie yamin dan pegawai-pegawainya pun mau gw foto, tapi nggak jadi karena udah kepergok duluan. Semua itu gw lakukan semata-mata untuk mengabadikan momen penting nggak penting itu.

Suasana di tempat mie yamin itu cukup rame, karena memang dekat dengan lapangan olahraga. Pergi satu datang tiga, pergi tiga datang dua, dan sampai beberapa kali ganti pembeli mie yamin kami belum juga beranjak. Sampai sang penjual merasa risih dengan keberadaan kita yang sebenarnya nggak ganggu-ganggu banget akhirnya kita pergi.

Pergi asal jalan, semau kaki melangkah. Karena gw memang orangnya tukang jalan, maka jarak yang hampir 1 km pun gak jadi masalah, sambil menelusuri kota surga padi itu. Sejauh mata memandang, di sisi kanan kiri jalan, terhampar padi sawah. Hijauuu semua, karena memang belum musim panen.

Sore hari pun menegur kita, matahari yang tadinya membakar ubun-ubun kini menyorot mata seperti lampu tembak. Waktunya shalat ashar. Gw masih kepingin jalan dan belum mau pulang, untuk itu Novi mengajak gw ke masjid terdekat. Kebetulan ini berada di pusat kota, masjid yang gw kunjungi pun masjid Agungnya, masjid terbesar di Karawang, Masjid Agung Karawang.

Selesai shalat, kita duduk-duduk santai di halaman masjid, di bawah pohon kelapa sawit afrika, sambil menikmati es dawet. Memang adem rasanya angin semilir-semilir yang bertiup di sekitar masjid manapun, hingga gw dan Novi pun betah obral-obrol di sana. Dan yang nggak ketinggalan, yaitu mengabadikan momen dengan berpose yang sekali lagi penting nggak penting itu di masjid terbesar Karawang ini.

Hari mulai gelap, waktunya pulang ke rumah Novi, meskipun dalam hati gw masih pengen jalan-jalan yang tanpa rencana itu. Kita pulang dengan wajah lesu karena kelelahan melalui jalan yang sama waktu perginya.

Sesampai di rumah, Novi ditegur sang mamah karena pulangnya kesorean. Uppss..!! gara-gara gw si Novi jadi dapet teguran halus, hehe…. Karena mungkin memang Novi jarang pulang dari bepergian sampai terlalu sore menjelang maghrib seperti waktu itu. Beda dengan gw yang wara-wiri bebas ke mana pun gw suka *tentunya udah diizinin.

Kita istirahat di rumah sambil mengumpulkan kembali tenaga yang cukup terkuras akibat jalan-jalan yang nggak penting-penting banget itu, karena esok harinya kita mesti balik ke Bogor untuk melaksanakan kewajiban kita sebagai mahasiswi, kuliah Etika Bisnis yang di bawakan oleh Bpk. Asi Napitupulu.

2 komentar:

Amikimoy mengatakan...

haha udah nyoba2 taunya kaga beli apa2..dasar pembeli ga tau diri!! haha

Anonim mengatakan...

naik bis agra mas di mana ya? diterminal bogorkah?

Posting Komentar