25.9.12

Bromo


lautan pasir

lorong-lorong kaki gunung




menuju puncak
naaahhh....ini puncaknya :)




24.9.12

24 September



........SELAMAT HARI TANI NASIONAL YANG KE-52.........

Seperti pada umumnya, memperingati hari penting itu selalu ada pengharapan, cita-cita, doa, dsb.  Peresmian Undang-undang pokok agraria pada tahun 1960 di jadikan sebagai Hari Tani Nasional bagi Indonesia. Dari tahun ke tahun hari penting ini selalu diperingati dengan aksi demonstrasi para petani untuk membela haknya sebagai produsen utama bahan pangan. 

Protes petani yang meminta agar pemerintah menghentikan impor bahan pokok tak dienyahkan. Memang merupakan situasi yang dilematis, karena produksi dalam negeri yang dianggap belum memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.
-----------------------------------------

Nggak kebayang jika kesejahteraan petani terlupakan, yang mengakibatkan terjadinya transmigrasi, petani di desa hijrah ke kota demi  mendapatkan pekerjaan yang dianggap lebih layak, dan tentunya lebih menyejahterakan, padahal belum tentu. 

Sudah banyak lahan-lahan perkebunan yang jadi korban investor-investor asing untuk dimanfaatkan kepentingan negara mereka sendiri, contohnya seperti perkebunan kelapa sawit. 

Tanah....tanah kita, wilayah...wilayah kita, pekerjanya sebagian besar dari kita, plasma nutfahnya jg mungkin dari kita,, tapi sayangnya orang Indonesia hanya dijadikan kuli, yaa meskipun bernilai baik karena terbukanya lapangan pekerjaan. 

Saya selalu geregetan jika mmembahas masalah pertanian, apalagi yang berhubungan dengan pangan, perkebunan. 

Temen-temen semua pasti tau kalau tempe yang menjadi icon makanan orang Indonesia kebanyakan berasal dari kedelai impor, kita mengimpor kedelai paling banyak dari Ameria Serikat. Akibat ketergantunga impor, sekitar tahun 2007/2008, negara kita nyaris kehabisan stok kedelai, so, harga tampe jadi melambung, kenapa bisa naik?? Dari info yang saya dapat hal itu terjadi  karena negara importir tersebut mengalihfungsikan lahan produksi kedelai menjadi lahan produksi jagung. Alasan mereka, karena jagung disinyalir menjadi sumber bioethanol, bahan baku yang menjanjikan sebagai pengganti bahan bakar (bahan bakar alternatif). 

Banyak juga spesies jenis tanaman tertentu yang diambil dan dibawa oleh penduduk negara lain, kemudian dikembangkan di sana, dan hasilnya dijual sebagai produk baru, dijualnya pun di negara kita juga. Selain itu, ada pula yang melirik komoditas ini dan itu yang telah diketahui manfaat dan pengembangannya, so, mereka berani menanam saham sepenuhnya untuk memproduksi, hasilnya dibawa untuk kebutuhan negeri mereka.

Dan masih banyak lagi contoh-contoh kasus perdata menyangkut masalah dunia pertanian hulu hingga hilir. Sangat wajar jika para petani selalu melakukan aksi protes, demo, kepada pihak pemerintah karena meskipun petani yang mengerjakan tetap pemerintahlah yang memiliki kekuasaan. 

Lagi-lagi hanya bisa berharap, Semoga Indonesia bisa segera MERDEKA dari ketergantungan impor dan penguasaan pihak ketiga, mampu mewujudkan bangsa yang MANDIRI dan mencapai kesejahteraan masyarakat desa.

18.9.12

Laa haula wa laa quwwata illaa billaah....



Pernahkah kalian,  seketika berhenti dr kesibukan, ….terhenti memikirkan segala urusan, ….tersentak diam merenung dan memikirkan sebuah pengandaian, ….terpaku pd suatu hayalan, ….terperangkap pada sebuah pikiran, membayangkan….jika Tuhan benar2 tidak menyediakan surga dan neraka sebagai balasan.

Bayangkan jika Tuhan memerintahkan kita untuk beribadah kepadaNya, namun tak menjanjikan kpd kita surga sebagai balasan. Dan bayangkan jika Dia melarang kita berbuat segala hal yg Dia tidak kehendaki tanpa mengancam dengan nerakaNya.

Bayangkan, seolah-olah…Tuhan berkata “sembahlah aku! Sujud kepadaku! Karena aku telah memberimu nikmat, memberimu rizki yg cukup, memberimu petunjuk jalan kebenaran demi kedamaian hidup. Dan jauhkanlah olehmu segala keburukan, perbuatan maksiat, zina, menyekutukanKu., karena kehidupanmu segalanya adalah milikKu”.,,,,, Namun, semua itu tanpa balasan. Yang jika kita patuh terhadap perintah Tuhanmu, maka tak ada surga sebagai balasan. Dan jika kita berbuat keburukan, maka Tuhamu tidak akan membalasnya dgn neraka.

Bayangkan jika demikian adanya…….,

Apakah kita masih tetap mendirikan shalat sebagai wujud ketundukan kita terhadap Sang Pencipta??

Apakah kita masih mau meninggalkan perbuatan maksiat dan sejenisnya, sementara yg kita tahu tak ada balasan buruk atas perbuatan2 tsb??

Sampai di mana ketulusan kita menghambakan diri kepada Allah Tuhan semesta alam??

Apakah kebaikan yg selama ini kita kerjakan hanya sebatas mengharapkan balasan surga yg Dia janjikan ????

Jika hanya surga yg kita harapkan, merasakah bahwa kita seolah-olah menuhankan surga. Selalu mendambakan perjumpaan dengannya, bukan dengan Tuhan kita.

Seberapa besar ketulusan kita beribadah menundukkan jiwa kepada Allah, memang hanya Allah yg tahu. Manusia tak ada yg mampu mengukurnya, bahkan mengukur kualitas dirinya sendiri sekalipun. Qolbu manusia terlalu dalam untuk diterka. Hanya Tuhan kita yg mampu menilai. Maka, rahasia makhluk tersimpan baik-baik oleh Tuhan. Rasa tulus, dan ikhlas, hanya Allah yg tahu.

Dan satu lagi..,

Pernahkah kau terpikir, jika kita terlahir dari bapak ibu yang yahudi, berada dalam keluarga non Islam,,.... adakah tergerak hati kita, dan apakah terlintas dalam benak kita, untuk mencari kebenaran yang hakiki,, mampu membandingkan kebenara Islam dengan ajaran agama yang sedang kita anut,,, ataukah hanya sekedar memandang bahwa ‘bagimu agamamu, bagiku agamaku’.

after write and read..
*istighfar sebanyak2nya -_-

Komoditas Pertanian Membantu Memulihkan Perekonomian Negara



Indonesia dipandang sebagai negara agraris karena memang sejak dulu memiliki kekayaan sumberdaya alam serta tingginya keanekaragaman jenis makhluk hidup. Lahan pertanian yang membentang, hutan di berbagai pulau dan daerah, serta perairan yang luas, yang menunjukkan bahwa negara ini memiliki potensi alam yang sangat baik. Selain itu, letak geografis dan iklim Indonesia mendukung tingkat kesuburan dan kesesuaian kondisi/lingkungan yang menyebabkan tingginya keanekaragaman hayati jenis-jenis makhluk hidup yang ada di dalamnya.  
Banyak hal yang dapat menunjukkan bahwa Indonesia masih mampu dikembangkan potensi alamnya, di antaranya yaitu luasnya wilayah perkebunan. Komoditi perkebunan memiliki peran penting dalam perekonomian negara. Hal ini dirasakan karena semakin menurunnya sumbangan minyak dan gas (migas) terhadap devisa negara. Perkebunan kelapa sawit tersedia di berbagai daerah Indonesia seperti Papua, Sumatera, dan Kalimantan. Berdasarkan data dari kajian akademis yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Kementerian Pertanian pada tahun 2006, total luas daratan Indonesia adalah sebesar 192 juta ha, dan yang berpotensi untuk areal pertanian seluas 101 juta ha. Dari data PT Sinar Mas, pada tahun 2011, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Produksi crude palm oil (CPO) Indonesia adalah 25,2 juta ton, sedangkan Malaysia, yang menduduki peringkat kedua hanya menghasilkan 18,8 juta ton. Menurut Dorab Mistry dari Godrej International Ltd. produksi CPO Indonesia pada 2012 diperkirakan meningkat 1-1,4 juta.
Selain itu, siaran pers dari RSPO memaparkan bahwa produksi minyak kelapa sawit Indonesia yang berlabel RPSO (Roundtable on Sustainable Palm Oil Trademark) atau produksi minyak kelapa sawit berkelanjutan atau ramah lingkungan menempati urutan ke dua dengan total produksi 35 persen dari pasokan global saat ini, meskipun urutan pertama dipegang Malaysia dengan total produksi 54 persen. Tingginya tingkat produksi kelapa sawit Indonesia berpotensi untuk meningkatkan nilai ekspor ke negara-negara importir, karena kebutuhan akan bahan baku kelapa sawit sangat tinggi, seperti minyak, sabun, kosmetik, dsb. Pasar terbesar kelapa sawit Indonesia adalah negara kincir angin, Belanda.
Selain kelapa sawit, komoditi karet juga berpotensi hasil yang mampu memproduksi produk-produk penting. Kebutuhan konsumen akan produk berbahan baku karet mendorong produsen untuk memenuhi permintaan pasar lokal maupun internasional. Karet merupakan komoditi ekspor andalan kedua setelah kelapa sawit (CPO), dan Indonesia merupakan negara pengekspor karet terbesar kedua setelah Thailand. Dengan posisi seperti ini Indonesia memiliki prospek ke depan yang sangat cerah dalam mendominasi pasar dunia, karena memang negara ini memiliki luas lahan karet terbesar di dunia, yaitu seluas 3,4 juta ha (Direktorat Jendral Perkebunan 2011). Indonesia masih memiliki kesempatan untuk terus meningkatkan produksi dan jumlah ekspor karet karena pangsa pasar yang sangat baik.
Komoditi perkebunan lainnya, yang mampu berkontribusi kepada perekonomian negara selain kelapa sawit dan karet yaitu kopi. Diyakini bahwa kopi di Indonesia merupakan kopi ternikmat dan paling khas, bahkan produksinya menjadi terbesar ke empat di dunia. Indonesia dikaruniai letak geografis yang sangat baik dan cocok bagi pertumbuhan tanaman kopi, sehingga produksi kopi mampu ditingkatkan terus seiring dengan permintaan pasar lokal bahkan dunia. Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan, ekspor kopi Indonesia ke AS terus menunjukkan peningkatan. Total ekspor kopi pada tahun 2011 mencapai 326 juta dollar AS, hal ini menunjukkan kenaikan sekitar 38 persen dari tahun sebelumnya. Sementara itu, pada Januari 2012, ekspor kopi nasional telah mencapai 33,3 juta dollar AS, atau meningkat 68 persen dibanding periode yang sama pada 2011 yaitu 19,8 juta Dollar.
Selain komoditi perkebunan yang memiliki potensi menyumbang kepada devisa negara, terdapat suatu sistem pertanian hidroponik yang dapat memproduksi kebutuhan pangan secara intensif. Sistem hidroponik mampu menghasilkan tanaman sayuran dan buah dalam jumlah yang cukup besar, karena dapat dilakukan di manapun, greenhouse, ruang tertutup, bahkan gedung bertingkat sekalipun. Dengan sistem hidroponik seperti ini, pertumbuhan tanaman tidak tergantung pada cuaca serta tidak membutuhkan pengolahan media tanam yang berat, sehingga produksinya dapat dilakukan sepanjang tahun, serta sebagai jawaban masalah keterbatasan lahan budidaya yang semakin berkurang. Selain itu, tanaman hasil hidroponik lebih sehat dibandingkan dengan sistem pertanian konvensional pada umumnya sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
Sistem ini sudah banyak dikenal negara-negara maju. Bahkan, permintaan pasar yang tinggi seperti Malaysia dan Singapura memberikan peluang kepada Indonesia untuk terus mengembangkan sistem-sistem budidaya tanaman seperti hidroponik ini.
Selain komoditi-komoditi yang telah disebutkan, masih terdapat banyak komoditi pertanian yang memiliki potensi produksi secara meluas untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri. Mulai dari tanaman yang telah dibudidayakan secara intensif hingga tanaman-tanaman yang belum mendapatkan perhatian karena belum diketahui manfaatnya, untuk dilakukan pengembangan produksinya dalam program pencanangan bahan baku alternatif karena adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan pasar.
Dengan mengembangakan potensi produksi komoditi-komoditi pertanian, secara perlahan dan berangsur kita dapat menyumbang devisa negara dengan memanfaatkan produk dalam negri dan mengurangi kegiatan impor, serta terus meningkatkan jumlah ekspor. Kemajuan teknologi dan sumberdaya manusia yang tidak sedikit membuka peluang bagi Indonesia untuk terus optimis dalam membantu memulihkan perekonomia negara, tentunya dengan dukungan dan respon yang bijak dari pihak pemerintah sendiri serta menuju Indonesia yang mandiri.