27.5.10

Hakikat Manusia

Manusia merupakan makhluk Allah SWT. yang paling mulia, terlihat pada awal penciptaannya para malaikat dan jid diperintahkan Tuhan untuk bersujud kepada manusia (Adam) sebagai tanda penghormatan. Kemuliaan yang diberikan Tuhan kepada manusia atas dasar keputusanNya menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Hakikatnya sebagai makhluk, manusia diciptakan hanya dari setetes mani. Dari setetes mani tersebut dijadikannya berbentuk hingga menjadi bentuk manusia melalui proses yang sangat rumit. Proses penciptaan manusia ini disempurnakan di dalam rahim yang cukup kokoh untuk menopang cabang bayi, dan di dalam rahim tersebut dicukupkannya nutrisi dan zat-zat bermanfaat lainnya agar terjadi pertumbuhan dan perkembangan untuk calon manusia.

Hingga pada akhirnya ia terlahir ke dunia dalam keadaan lemah dan bodoh (tidak tahu apa-apa). Ia tidak mampu menopang dirinya sendiri bahkan tidak mengerti segala hal yang dapat ia lihat dan ia dengar. Bahkan, ketika ia merasa lapar, haus, sakit, dan sebagainya ia hanya bisa menangis. Sejalan dengan kehidupan pemberian Tuhan, makhluk jahil itu pun tumbuh dan berkembang dari rezeki yang telah dilimpahkan. Rezeki pemberian Tuhan ia nikmati sepanjang hari, sepanjang bulan, hingga sepanjang tahun. Lama kelamaan ia mengalami kemajuan dari lemah menjadi kuat, dari tidak tahu menjadi tahu, dari bodoh menjadi cerdas, dan itu semua atas limpahan ilmu yang Tuhan turunkan untuknya baik secara langsung (Al-Qur’an) maupun secara tidak langsung (kejadian di setiap gejala hidup yang dapat diambil hikmahnya).

Namun, dari kesempurnaan dan keelokannya, dari kesehatan dan kenikmatan rezeki yang telah dikaruniai, dan dari ilmu yang telah diberikan, manusia sering lupa kepada Pemiliknya. Ia tak menyadari bahwa tubuh yang sempurna, yang telah ia nikmati kegunaannya sepanjang tahun hanya merupakan titipan Tuhan selama ia hidup. Entah manusia kurang menyadari ataukah kurang memahami bahwa segala sesuatu yang terlihat maupun yg tidak terlihat diberikan Tuhan untuknya adalah cara Tuhan dalam mengajarkan manusia untuk bersyukur. Begitu juga atas kekurangan (lahir atau batin) yang telah ditentukan kepada diri setiap manusia, dari kekurangan tersebut Allah SWT. mengharapkan agar manusia ikhlas dan mampu membentuk dirinya sendiri menjadi manusia yang sabar dan kuat dalam menerima kekurangannya, dan jika perlu ia mampu menyikapinya dengan tanggapan yang positif sehingga manusia itu sendiri mampu menjadikan dirinya manusia yang luar biasa.

Selain itu, Tuhan memberikan keragaman karakteristik, perbedaan kelebihan dan kekurangan manusia, keragaman ilmu yang diperolehnya, perbedaan jumlah harta yang dimiliki setiap orang, dsb. Hal-hal tersebut telah ditetapkan Tuhan sebagai cara Dia dalam mengajarkan manusia untuk saling berbagi dan saling melengkapi satu sama lain untuk menutupi kekurangan yang ada dalam dirinya.