31.7.11

Jika Surga & Neraka tak Pernah Ada


Pernahkah kalian,  seketika berhenti dr kesibukan, ….terhenti memikirkan segala urusan, ….tersentak diam merenung dan memikirkan sebuah pengandaian, ….terpaku pd suatu hayalan, ….terperangkap pada sebuah pikiran, membayangkan….jika Tuhan benar2 tidak menyediakan surga dan neraka sebagai balasan.

Bayangkan jika Tuhan memerintahkan kita untuk beribadah kepadaNya, namun tak menjanjikan kpd kita surga sebagai balasan. Dan bayangkan jika Dia melarang kita berbuat segala hal yg Dia tidak kehendaki tanpa mengancam dengan nerakaNya.

Bayangkan, seolah-olah…Tuhan berkata “sembahlah aku! Sujud kepadaku! Karena aku telah memberimu nikmat, memberimu rizki yg cukup, memberimu petunjuk jalan kebenaran demi kedamaian hidup. Dan jauhkanlah olehmu segala keburukan, perbuatan maksiat, zina, menyekutukanKu., karena kehidupanmu segalanya adalah milikKu”. Namun, semua itu tanpa balasan. Yang jika kitapatuh terhadap perintah Tuhanmu, maka tak ada surga sebagai balasan. Dan jika kita berbuat keburukan, maka Tuhamu tidak akan membalasnya dgn neraka.

Bayangkan jika demikian adanya…….,

Apakah kita masih tetap mendirikan shalat sebagai wujud ketundukan kita terhadap Sang Pencipta??
Apakah kita masih mau meninggalkan perbuatan maksiat dan sejenisnya, sementara yg kita tahu tak ada balasan buruk atas perbuatan2 tsb??

Sampai di mana ketulusan kita menghambakan diri kepada Allah Tuhan semesta alam??
Apakah kebaikan yg selama ini kita kerjakan hanya sebatas mengharapkan balasan surga yg Dia janjikan??
Jika hanya surga yg kita harapkan, merasakah bahwa kita seolah-olah menuhankan surga. Selalu mendambakan perjumpaan dengannya, bukan dengan Tuhan kita!?

Seberapa besar ketulusan kita beribadah menundukkan jiwa kepada Allah, memang hanya Allah yg tahu. Manusia tak ada yg mampu mengukurnya, bahkan mengukur kualitas dirinya sendiri sekalipun. Qolbu manusia terlalu dalam untuk diterka. Hanya Tuhan kita yg mampu menilai. Maka, rahasia makhluk tersimpan baik-baik oleh Tuhan. Rasa tulus, dan ikhlas, hanya Allah yg tahu.

*berhubung bingung mau kasih judul apa, jd judulnya kayak judul lagu religie'y alm. Krisye :D

8.7.11

Salam Kenal (Part 1)

Aku, perempuan kelahiran Jakarta, yg kebetulan memang asli Jakarta mengingat umi dan ayah memang berdarah betawi. Kalian tau kan teman2 kalau asli betawi, itulah orang Jakarta asli, bukan palsu, he.

Pada awalnya, aku ini bontot dari dua bersaudara. (Knpa aku bilang awal, karena ada awal pasti juga ada akhir. Nanti akan ku ceritakan akhirnya). Karena aku anak bontot dari dua bersaudara, itu artinya aku memiliki seorang….?? (teman2: kakak) yap, benar teman2…! Kakakku seorang kapiten, ehh salah. Kakakku seorang abang, itu artinya dia adalah seorang laki2.

Knapa nggak perempuan aja yah…, mungkin lebih asik, karena perempuan bisa diajak curhat, bisa diajak saling berbagi. Nggak tau juga sih…, itu kan pemberian Allah, jd harus disyukuri adanya. Semua pasti bernilai baik, hanya akunya aja mungkin yg belum menyadari akan kebaikan itu, xixi…., muter-muter.

Oh iya, tau nggak teman2, boleh diketahui, kalau umi dan ayah itu lahir dari ibubapak yg cara mendidiknya itu (hampir) sangat berbeda. ayah dilahirkan dr ibubpk atau keluarga yg sangat fanatik sama agama. Mereka mendidik ayahku sedikit keras dan terkadang over protective, itu kata ayahku. Hebatnya ayah, dari kecil ia sudah mengalami kerasnya hidup, biar dikata ayah itu dari keluarga yg sangat berada, tp karena kefanatikan orangtua itulah ayah jd senang hidup mandiri.

Kalau mendengar cerita2 ayah semasa kecilnya, semasa mudanya, pasti aku meneteskan air mata, meski harus ngumpet dulu ke kamar, hihi… gimana nggak! Dari mulai sekolah dasar sampai ia remaja, ayah selalu mempertahankan diri agar lebih survive di dunia yg semakin keras ini. Makanya, terkadang ayah mengungkapkan rasa kecewanya kepada mendiang ayahandanya yg senantiasa mengekangnya dlm menjalankan kehidupannya.

Tapi aku salut, meski ayah diperlakukan seperti itu sama orang tuanya, ayah nggak memperlakukan hal yang sama kepada anak2nya. Ayah selalu mengikuti kemauan anak-anaknya, entah mau jadi apa juga terserah kami, asalkan nggak bertentangan dengan segala norma.

Hmm…, aku ingat salah satu contoh tingkah ayah memprotect anaknya. Jadi, waktu semasa aku di Aliyah (SMA), aku mendapat tugas dr seorang guru b. inggris untuk mengumpulkan majalah yg teksnya berbahasa inggris. Lalu, ketika di rumah, aku bengong sambil bertanya ‘majalah apa ya yg teksnya pake bhs inggris?’. Ayah yg tanpa banyak bicara lalu mencarikannya untukku *baik bgt nggak siih*.

Setelah didapatkan itu majalah. Bukannya langsung diberikannya kepadaku majalah itu, tp apa coba teman2!, ‘sebentar ayah liat dulu!’ kata ayah.

Saat itu aku nggak ngerti maksudnya ayah mau apa. Dan ternyata yg kulihat, ayah merobek beberapa halaman dr majalah itu. WHAT!! Knapa ayah ky gitu! Aku bingung, heran, kecewa, ah entahlah,. Setelah ku liat lagi apa yg dirobek ayah, ternyata gambar dan foto2 yg nggak pantas untuk diliat. Foto2 perempuan seksi dan setengah telanjang dirobeknya oleh ayah.

Di situ aku merasakan kekhawatiran ayah akan jiwa dan pikiran anaknya. Ayah tak mau merusak moralkku karena terbiasa melihat hal2 seperti itu.

Ayah itu rajin membaca, kitab2nya aja banyak, sampai2 aku nggak ngerti cara bacanya, hehe. Tapi ayah senang baca buku bidang apa aja, makanya ayah kadang mengerti segala hal. Ayah katanya waktu masih muda pernah mondok di Jawa Timur, provinsi di mana saya berada sekarang ini, hihi, tp ayah dulu di Jombang, apa di Surabaya ya!? *lupa ding, hehe. Sedangkan aku di Malang nya.

Aku pernah mendengar ayah bercerita ketika ia pergi ke Saudi hanya dengan modal nekat *pantesan anaknya ky gini, ayahnya aja bgitu*. Tapi ceritanya panjang, lain kali aja ya diceritainnya kalau sempet, hihi. Tiap kali ayah cerita, pasti matanya berkaca-kaca. Ada sedihnya gitu deh.

Hmmm…, beda dengan umi yg didikannya lebih tolerir. Oh iya lupa, tadi ayahku itu dari Sembilan bersaudara, dan umi delapan bersaudara. Mereka itu keluarga besar. Makanya saudaraku banyak. Kalau lagi lebaran di rumah mendiang nenek pasti ramai. Senang banget. Tp beda dengan sekarang, udah pada besar, mengurusi urusan masing2 dan akhirnya aku kesepian, haha.

Ehh tadi kan lagi bercerita tentang umi…!
Umi  ku itu wanita cantik dan imut, dia juga smart. Hidupnya penuh semangat. Nggak mudah putus asa, energetic, senang berorganisasi dan menyelami diri ke dunia sosial seperti ayah juga. Senang sekali berderma. Umi itu seorang guru, guru di MTs ku. Umi sangat perhatian dan peduli sama murid2nya, aku aja sering dibuatnya cemburu, hhe.

Kalau ada murid yg bermasalah, umi sering turun tangan, karena umi itu orangnnya penyayang dan pemaaf banget.  dan karena itu juga, setelah beberapa tahun umi diangkat menjadi guru BK. Aku suka heran alias kagum sama umi, karena kalau ia tak suka seseorang, bukannya dijauhi, malah justru didekati, dan secara perlahan ia mengubah sikap orang itu. *aku ky gitu nggak ya!?

Dari ia muda, mungkin dari kecil juga, umi selalu diberikan wewenang oleh orangtuanya untuk melakukan segala hal. Lebih-lebih umi itu seneng jalan. Ada cerita kalau umi itu mulai dari SMA sudah dibelikan motor. Dan orangtuanya memberikan wewenang kepada umi atas motor itu. Makanya, kata umi kalau motornya rusak yaa dibenerin sendiri, hihii *unik ya seorang cewe benerin motor. Makanya, pas sudah jadi ibu-ibu, umi kadang mengerti masalah motor. ^^ *umi is wonderwoman

Tapi meski begitu, seperti ky tomboy krn mengerti automotif, umi tu lembut, cute bgt dehh.., meskipun umi suka lebih aktif berbicara. Yaa karena umi juga seorang guru, mana bisa lebih banyak diam.

Kalau sedang berjalan denganku, kami sering dibilang orang2 kakak beradik. Mungkin karena sama2 manis dan imut, dan sama pendeknya (bukan sama tingginya, hihi).

Aku dengan umi seperti sahabat. Kita sering saling curhat dan bercerita. Aku tak jarang meminta pendapatnya tiap kali ingin mengambil keputusan, begitu jg dengan umi.

Cerita selanjutnya ku sambung nanti lagi ya teman2. Sepertinya masih banyak yg ingin ku ceritakan. Kalau kepanjangan, nanti teman2 boring *padahal tanganku yg pegel, hehee…