1.8.10

Kultur Jaringan

A. Pengertian Kultur Jaringan
Kultur jaringan merupakan suatu metode perbanyakan tanaman dengan prinsip perbanyakan tanaman secara vegetatif. Perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan berbeda dengan teknik konvensional. Teknik kultur jaringan dilakukan dalam kondisi aseptik di dalam botol kultur dengan media dan pada kondisi tertentu. Teknik ini sering disebut kultur in vitro (bahasa latin) yang berarti “di dalam kaca”. Teori dasar dari kultur in vitro ini yaitu teori “Totipotensi” yang berarti bahwa setiap bagian tanaman yang ditanam dapat tumbuh pada media dan kondisi yang sesuai karena seluruh bagian tanaman terdiri atas jaringan-jaringan yang hidup.
B. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Kultur Jaringan
Teknik perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan dilakukan tentu karena memiliki kelebihan dari teknik biasa yang pada umumnya dilakukan, di antaranya yaitu:
1. Dapat menghasilkan bibit tanaman dengan jumlah yang banyak dan dalam waktu singkat
2. Dapat dilakukan kapan saja bahkan sepanjang tahun, karena tidak tergantung pada musim
3. Tidak memerlukan tempat yang luas
4. Bibit yang dihasilkan lebih sehat
5. Memungkinkan dilakukannya manipulasi genetik
Selain kelebihan, juga terdapat kekurangan dalam menggunakan teknik kultur jaringan
1. Biaya yang dibutuhkan cukup besar, karena dilakukan di dalam laboratorium dan menggunakan bahan kimia
2. Memerlukan keahlian khusus
3. Memerlukan proses aklimatisasi, karena tanaman hasil kultur jaringan biasanya berukuran kecil dan bersifat aseptik serta terbiasa tumbuh dilingkungan yang memiliki kelembaban udara yang tinggi
C. Media dan Nutrisi untuk Kultur Jaringan
1. Hara anorganik
Kebutuhan hara anorganik yang digunakan yaitu terdapat pada 12 jenis bahan kimia.
2. Hara organik
Tanaman yang tumbuh dalam kondisi normal bersifat autotrof dan dapat mensintesa semua kebutuhan organiknya. Tanaman in vitro dapat mensintesa vitamin-vitamin ini namun diperkirakan mereka tidak dapat menghasilkan vitamin dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhannya. Untuk itu perlu penambahan vitamin eksternal untuk kebutuhan nutrisi tanaman. Biasanya sering ditambahkan air kelapa, jus jeruk, ekstrak ragi, jaringan pisang, dan lain-lain.
3. Sumber karbon
Tanaman pada kultur jaringan tumbuh secara heterotrof, dan karena mereka tidak cukup untuk mensintesa kebutuhan karbonnya maka harus ditambahkan sukrosa ke dalam media. Sumber karbon ini menyediakan energi selama proses pertumbuhan tanaman. Selain sukrosa dapat juga digunakan karbon lain seperti glukosa, maltosa, fruktosa, dan galaktosa.
4. Agar
Umumnya tanaman dikulturkan pada media padat seperti gel dengan menggunakan agar atau Gelrite atau Phytagel. Media tidak dibuat terlalu padat (mengeras) karena akan mengganggu difusi hara ke tanaman.
5. pH
media yang dibutuhkan biasanya kisaran 5,6-5,8. Jika pH kurang dari 5,2 maka media tidak dapat membeku, sedangkan jika pH lebih dari 6,0 maka media menjadi terlalu keras.
6. ZPT
Zat Pengatur Tumbuh ditambahkaan sesuai kebutuhan inisiasi pertumbuhan. Untuk inisiasi akar perlu ditambahkan auksin dengan sedikit sitokinin. Untuk inisiasi tunas ditambahkan sitokinin dengan sedikit auksin.
7. Air
Kultur jaringan biasanya menggunakan air destilata (aquades) yang bebas dari campuran organik maupun anorganik lain.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

mantabs...

Anonim mengatakan...

ok deh

Posting Komentar