Nabi Muhammad SAW. merupakan nabi terakhir sekaligus nabi seluruh umat sepanjang masa. Ia merupakan manusia istimewa yang dikasihi Allah SWT. Perjuangannya dalam menyebarkan agama Allah telah mempertaruhkan diri, jiwa, hati, dan pikirannya. Bahkan segala pemberian Allah untuknya, ia kembalikan dalam memperjuangkan agama yang telah diamanahkan kepadanya. Kepribadiannya yang memukau setiap makhluk yang berhadapan dengannya mampu mengubah dunia menjadi terang benderang dan menyejukkan hati bagai taman bunga yang terbasuh embun pagi.
Segala yang ada pada dirinya, tak selangkah pun menjadikan langit gelap. Setiap perkataan yang keluar dari mulutnya tak ada yg mubadzir bahkan mudhorot. Perilaku dan tindakannya bagaikan nasihat tanpa angin lalu. Taqrirnya atas segala hal merupakan perhatian beliau atas keselamatan umatnya. Beliau tak pernah sekalipun menaruh titik hitam di hatinya. Begitu teratur dan indahnya Ia menata hati sehingga tak ada sedikit pun keburukan melekat dalam dirinya, dan hal itu berlaku untuk seluruh makhluk di dunia.
Telah dikisahkan, bahwa suatu hari Rasulullah SAW. kedatangan seorang Badui, maka berlangsunglah percakapan antara keduanya. “wahai Rasulullah, aku pernah mengatakan kpd kaum di desaku yang telah masuk Islam, bahwa jika mereka ingin masuk Islam, mereka pasti akan mendapatkan rezeki yang berlimpah ruah. Saat ini mereka dalam keadaan kelaparan. Aku takut jika mereka keluar dari Islam, sebagaimana mereka masuk Islam dengan satu tujuan. Aku khawatir mereka akan keluar Islam juga dengan satu tujuan, yaitu masalah makanan. Oleh sebab itu, jika engkau bersedia menolong mereka, maka aku bersedia membawanya.”
Setelah mendengar penuturan lelaki itu, Rasulullah menoleh kepada Ali bin Abu Thalib di sampingnya. “ya Rasul, mereka tidak memiliki makanan sedikit pun,” kata Ali. Maka saat itu juga datang seseorang yang menawarkan kurma, dan berkata lelaki itu, “hai, Muhammad, maukah engkau berhutang kurma dengan pembayaran beberapa waktu?” Nabi setuju dengan tawaran tersebut. Kemudian kurma itu langsung dibawa kepada orang yang membutuhkan makanan. Beberapa hari sebelum jatuh tempo pembayaran, lelaki itu datang kepada Rasulullah untuk menagih. “hai Muhammad, bayarlah hutangmu! Demi Allah, aku lihat semua Nabi Abdul Muthalib itu suka menunda pembayaran hutang!” kata lelaki itu sambil menarik keras baju dan sorban beliau. Melihat kejadian itu, Umar Bin Khatab berkata dg nada marah, “hai musuh Allah! Begitu beraninya kamu berbuat dan memaki Nabi seperti itu. Jika tidak dilarang, aku pasti akan membunuhmu!”
Nabi menenangkan Umar dan berkata kepadanya, “wahai Umar, bayarlah hutangku padanya dan tambahkan dua puluh gantang kurma sebagai ganti ancamanmu padanya tadi”. Umar menuruti perintah Rasulullah. “hai Umar, tahukah kau siapa aku sebenarnya?” tanya lelaki itu. “Aku tidak tahu” jawab Umar dengan penuh keheranan. “Aku adalah Zaid bin San’ah, pendeta Yahudi”. “Mengapa engkau berbuat demikian terhadap Rasullullah?” tanya Umar. “wahai Umar, ketika aku melihat wajah Rasulullah, aku lihat tanda kenabian di wajah beliau kecuali dua perkara saja yang belum aku buktikan, yaitu kesabaran dan ketinggian budi beliau. Setelah aku buktikan kedua sifat itu, maka kini saksikanlah olehmu bahwa aku masuk Islam, dan saksikan juga bahwa separuh dari hartaku aku sedekahkan pada kaum Muslimin,” tegas Zaid bin San’ah.
Begitulah kecakapan hati Rasulullah. Kepribadiannya tak pernah tercoreng di mata manusia, bahkan di mata kaum Yahudi sekalipun. Sebaliknya, sikap luhur nan lembut beliau mampu menggetarkan hati orang Yahudi hingga dirinya ridho mengabdi pada agama Allah SWT.
Semoga sifat Rasulullah terpatri pada diri umatnya hingga akhir zaman. Amin.
1 komentar:
ane baru tau nih cerita...
Posting Komentar