Tiba-tiba teringat pengalaman diklat Palang Merah Remaja di
PMI cabang Jakarta Barat. Kisah hilangnya salah seorang teman kami dari sekian
banyak teman dari sekolah lain se-Jakbar. Kebanyakan ‘dari’nya ya..pusing gak?
Enggak kan? Oke lanjut....
Kisah misterius itu berawal dari kegiatan jurit malam yang
biasa dilakukan seperti saat masa-masa orientasi atau perkenalan. Karena ini
kegiatan Palang merah, jadi jurit malam yang dilakukan berupa simulasi
pertolongan pertama korban bencana. Tak tanggung-tanggung, lokasi kejadian
bencana yang dilakukan berjarak kurang lebih 2 km dari start atau kantor PMI
Jakbar tempat kita bermalam. Hah!? 2 km jauh??1 nggak sih..., tapi kalau dari
start kita harus bangun tengah malam sambil lari-lari dan kemudian
angkat-angkat tandu yang isinya orang ya lumayan juga kan :p
Intermezo...,
Ada cerita saat mau angkat tandu beserta korbannya, salah
satu relawan protes kepada salah seorang pelatih “kak, korbannya nggak boleh
ganti ya, ini sih badannya kebesaran, berattt.” Lalu dijawab pelatih sambil
sedikit (pura-pura) marah “memangnya kamu kalau sudah jadi relawan beneran
nanti ada bencana gini mau pilih-pilih korban?!!” xD
Lanjut cerita hilangnya seorang kawan saya itu :D
Saat kami sedang sibuk-sibuknya mengurus korban bencana
(simulasi), dengan mata yang sangat ngantuk dan badan yang lelah sangat, sampai
nggak sadar kalau teman kita ada yang nggak ikutan simulasi ini. Kita semua
bingung karena menurut kabar semua pelatih dan anak-anak pelatihan dikerahkan
ke lokasi simulasi bencana.
Setelah semua korban di bawa ke kantor PMI dan seluruh
relawan (anak-anak pelatihan) kembali ke kantor, salah seorang pelatih kami terlihat
sibuk dan ketakutan karena satu anak didiknya yang bernama Nana tidak ada
bersama kami. Hilang!!!
Seluruh pelatih, bahkan ketua pelaksana acara ini ikut
mencari. Ada yang kembali ke tempat simulasi bencana, menelusuri jalan yang
dilalui para relawan, hingga ke sudut-sudut ruangan di kantor PMI. Namun, Nana
tak juga ditemukan. Malam-malam begitu anak itu buat kami bingung, takut.
Perlu diketahui bahwa Nana ini juga kawan satu sekolah saya.
Karakternya yang kalem, introvert, dan suka menyendiri membuat saya awalnya
tidak begitu heran dengan kejadian ini. Tapi berhubung sampai ke sudut-sudut
ruangan saja tidak ditemukan, saya nggak bisa lagi mengira-ngira kemana
perginya si Nana anak yang suka menyendiri itu.
Semua pelatih terlihat kehabisan ide untuk mencari si Nana.
Semua pelatih-pelatih kami di PMI dijejer di teras kantor menghadap ke halaman
oleh ketua panitia, bisa dikatakan dialah pelatih yang paling senior.
Dihadapan kami, para pelatih dimarahi dan dibentak oleh
seniornya. Satu-satu ditanya sambil membentak di mana Nana, kenapa bisa lepas dari
pengawasan, kenapa tidak ada yang memperhatikan hingga bisa hilang anak itu.
Kami yang menyaksikan mereka dari halaman kantor sambil
duduk berbaris merasa kasihan, takut, dan mencemaskan Nana.
Bukan itu saja, bahkan kami menyaksikan beberapa dari mereka
ditampar dengan kuat sambil dibentak-bentak, oh God kasihan mereka T__T
Kami semakin ketakutan, karena selepas acara simulasi kami
hanya disuguhi kejadian menyedihkan ini, apakah nggak ada agenda lain..?
seolah-olah agenda lain yang seharusnya kami lakukan ter-cancel akibat kejadian
ini, sampai menjelang subuh.
Karena akan tiba waktu subuh, maka semua kegiatan dipending.
Suasana agak santai, tapi tetap tegang, yang pada akhirnya nggak jadi santai :D
Kami tetap menjalani agenda acara sesuai aturan. Hingga pagi
dan matahari semakin menampakkan diri, Nana pun tak kunjung ditemukan.
Bahkan hingga acara selesai sampai penutupan Nana tak juga
muncul. Pencarian pun tak dilanjutkan. Aneh!!!
Kemana anak mungil itu?!
Pergi sendiri kah? Atau ada yang bawa kah?
Kalau pergi sendiri, apa motifnya?
-------------
Saat kami bersiap-siap untuk pulang, berkemas dan ngobrol di
halaman kantor, tiba-tiba Nana datang menghampiri kami +,+
Kita semua histeris, bukan hanya teman satu sekolah, tapi
teman-teman dari sekolah lain juga ikut histeris melihat Nana yang tiba-tiba
datang. Kalau nggak salah ingat waktu itu Nana muncul dari warung makan dekat
gerbang kantor PMI.
“sudah susah dicari, datang dengan wajah polos tanpa merasa
bersalah pulak” teman-teman mendumal kepada Nana. Dan dia hanya menjawab “nggak
tau Nana bingung”
Ternyata, cerita punya cerita, setelah Nana menceritakan
semua kejadian yang dia sendiri tidak sadari, serta pengakuan beberapa pelatih
kami, kejadian yang membuat mata ngantuk nggak jadi ngantuk dan perut lapar
jadi semakin lapar itu ternyata hanya skenario belaka.
Bentakan, celaan, dan tamparan senior pelatih PMI kami hanya
sandiwara yang sebelumnya sudah direncanakan oleh mereka.
Lalu.., penasaran dengan cerita Nana yang menghilang sampai
nggak bisa ditemukan itu, di manakah dia disembunyikan..? :o
Ternyata Nana disembunyikan oleh bapak senior tadi di ruang
kerja pribadinya, sampai dikunci dari luar. Kasihan Nana, sampai ngompol di
ruang kerja Bapak senior katanya karena nggak boleh keluar sampai pagi xD
---------------
Semenjak kejadian yang cukup menyebalkan itu, saya mulai
nggak percaya lagi dengan kejadian-kejadian aneh yang terjadi saat penggojlokan
mental. Semenjak kejadian itu, saya nggak bisa lagi menikmati kecemasan saat
kejadian aneh datang di acara-acara semacam pelantikan, nggak bisa lagi ikut
khawatir dan histeris bersama teman-teman yang menikmati suatu kejadian
tertentu, karena di pikiran saya sudah tertanam bahwa kejadian aneh di waktu
yang strategis 90% adalah sandiwara alias dibuat-buat pihak panitia.
Secara tidak langsung, saya berterimakasih kepada semuanya
yang telah secara tidak langsung pula memberikan pengalaman sekaligus pelajaran
:D
Karena tanpa ikut mengalami kejadian aneh di masa lalu, saya
tidak bisa memperkirakan kejadian aneh di masa selanjutnya :D hihihi......
Cerita
pengalaman diklat PMR tingkat Kodya Jakarta Barat, di PMI Jakbar, thn 2002
Bersama 11
kawan MTs N 12 Jakbar, dan beberapa sekolah tingkat SMP se-Jakbar
0 komentar:
Posting Komentar