3.8.14

Pengalaman Adalah Masa Lalu (yaiyalah...)

Tiba-tiba teringat pengalaman diklat Palang Merah Remaja di PMI cabang Jakarta Barat. Kisah hilangnya salah seorang teman kami dari sekian banyak teman dari sekolah lain se-Jakbar. Kebanyakan ‘dari’nya ya..pusing gak? Enggak kan? Oke lanjut....

Kisah misterius itu berawal dari kegiatan jurit malam yang biasa dilakukan seperti saat masa-masa orientasi atau perkenalan. Karena ini kegiatan Palang merah, jadi jurit malam yang dilakukan berupa simulasi pertolongan pertama korban bencana. Tak tanggung-tanggung, lokasi kejadian bencana yang dilakukan berjarak kurang lebih 2 km dari start atau kantor PMI Jakbar tempat kita bermalam. Hah!? 2 km jauh??1 nggak sih..., tapi kalau dari start kita harus bangun tengah malam sambil lari-lari dan kemudian angkat-angkat tandu yang isinya orang ya lumayan juga kan :p

Intermezo...,

Ada cerita saat mau angkat tandu beserta korbannya, salah satu relawan protes kepada salah seorang pelatih “kak, korbannya nggak boleh ganti ya, ini sih badannya kebesaran, berattt.” Lalu dijawab pelatih sambil sedikit (pura-pura) marah “memangnya kamu kalau sudah jadi relawan beneran nanti ada bencana gini mau pilih-pilih korban?!!” xD

Lanjut cerita hilangnya seorang kawan saya itu :D
Saat kami sedang sibuk-sibuknya mengurus korban bencana (simulasi), dengan mata yang sangat ngantuk dan badan yang lelah sangat, sampai nggak sadar kalau teman kita ada yang nggak ikutan simulasi ini. Kita semua bingung karena menurut kabar semua pelatih dan anak-anak pelatihan dikerahkan ke lokasi simulasi bencana.

Setelah semua korban di bawa ke kantor PMI dan seluruh relawan (anak-anak pelatihan) kembali ke kantor, salah seorang pelatih kami terlihat sibuk dan ketakutan karena satu anak didiknya yang bernama Nana tidak ada bersama kami. Hilang!!!

Seluruh pelatih, bahkan ketua pelaksana acara ini ikut mencari. Ada yang kembali ke tempat simulasi bencana, menelusuri jalan yang dilalui para relawan, hingga ke sudut-sudut ruangan di kantor PMI. Namun, Nana tak juga ditemukan. Malam-malam begitu anak itu buat kami bingung, takut.

Perlu diketahui bahwa Nana ini juga kawan satu sekolah saya. Karakternya yang kalem, introvert, dan suka menyendiri membuat saya awalnya tidak begitu heran dengan kejadian ini. Tapi berhubung sampai ke sudut-sudut ruangan saja tidak ditemukan, saya nggak bisa lagi mengira-ngira kemana perginya si Nana anak yang suka menyendiri itu.

Semua pelatih terlihat kehabisan ide untuk mencari si Nana. Semua pelatih-pelatih kami di PMI dijejer di teras kantor menghadap ke halaman oleh ketua panitia, bisa dikatakan dialah pelatih yang paling senior.
Dihadapan kami, para pelatih dimarahi dan dibentak oleh seniornya. Satu-satu ditanya sambil membentak di mana Nana, kenapa bisa lepas dari pengawasan, kenapa tidak ada yang memperhatikan hingga bisa hilang anak itu.

Kami yang menyaksikan mereka dari halaman kantor sambil duduk berbaris merasa kasihan, takut, dan mencemaskan Nana.
Bukan itu saja, bahkan kami menyaksikan beberapa dari mereka ditampar dengan kuat sambil dibentak-bentak, oh God kasihan mereka T__T
Kami semakin ketakutan, karena selepas acara simulasi kami hanya disuguhi kejadian menyedihkan ini, apakah nggak ada agenda lain..? seolah-olah agenda lain yang seharusnya kami lakukan ter-cancel akibat kejadian ini, sampai menjelang subuh.

Karena akan tiba waktu subuh, maka semua kegiatan dipending. Suasana agak santai, tapi tetap tegang, yang pada akhirnya nggak jadi santai :D
Kami tetap menjalani agenda acara sesuai aturan. Hingga pagi dan matahari semakin menampakkan diri, Nana pun tak kunjung ditemukan.
Bahkan hingga acara selesai sampai penutupan Nana tak juga muncul. Pencarian pun tak dilanjutkan. Aneh!!!
Kemana anak mungil itu?!
Pergi sendiri kah? Atau ada yang bawa kah?
Kalau pergi sendiri, apa motifnya?
-------------
Saat kami bersiap-siap untuk pulang, berkemas dan ngobrol di halaman kantor, tiba-tiba Nana datang menghampiri kami +,+
Kita semua histeris, bukan hanya teman satu sekolah, tapi teman-teman dari sekolah lain juga ikut histeris melihat Nana yang tiba-tiba datang. Kalau nggak salah ingat waktu itu Nana muncul dari warung makan dekat gerbang kantor PMI.
“sudah susah dicari, datang dengan wajah polos tanpa merasa bersalah pulak” teman-teman mendumal kepada Nana. Dan dia hanya menjawab “nggak tau Nana bingung”

Ternyata, cerita punya cerita, setelah Nana menceritakan semua kejadian yang dia sendiri tidak sadari, serta pengakuan beberapa pelatih kami, kejadian yang membuat mata ngantuk nggak jadi ngantuk dan perut lapar jadi semakin lapar itu ternyata hanya skenario belaka.
Bentakan, celaan, dan tamparan senior pelatih PMI kami hanya sandiwara yang sebelumnya sudah direncanakan oleh mereka.

Lalu.., penasaran dengan cerita Nana yang menghilang sampai nggak bisa ditemukan itu, di manakah dia disembunyikan..? :o
Ternyata Nana disembunyikan oleh bapak senior tadi di ruang kerja pribadinya, sampai dikunci dari luar. Kasihan Nana, sampai ngompol di ruang kerja Bapak senior katanya karena nggak boleh keluar sampai pagi xD
---------------
Semenjak kejadian yang cukup menyebalkan itu, saya mulai nggak percaya lagi dengan kejadian-kejadian aneh yang terjadi saat penggojlokan mental. Semenjak kejadian itu, saya nggak bisa lagi menikmati kecemasan saat kejadian aneh datang di acara-acara semacam pelantikan, nggak bisa lagi ikut khawatir dan histeris bersama teman-teman yang menikmati suatu kejadian tertentu, karena di pikiran saya sudah tertanam bahwa kejadian aneh di waktu yang strategis 90% adalah sandiwara alias dibuat-buat pihak panitia.
Secara tidak langsung, saya berterimakasih kepada semuanya yang telah secara tidak langsung pula memberikan pengalaman sekaligus pelajaran :D
Karena tanpa ikut mengalami kejadian aneh di masa lalu, saya tidak bisa memperkirakan kejadian aneh di masa selanjutnya :D hihihi......

Cerita pengalaman diklat PMR tingkat Kodya Jakarta Barat, di PMI Jakbar, thn 2002
Bersama 11 kawan MTs N 12 Jakbar, dan beberapa sekolah tingkat SMP se-Jakbar



0 komentar:

Posting Komentar