Gara-gara blogwalking
yang berawal dari searching via google dengan keywors “karya film upin
ipin” saya menemukan satu artikel yang berjudul “Upin dan Ipin, bisa menghancurkan bangsa Indonesia”.
Mungkin teman-teman ada yang berpendapat ini ‘sudah basi’, ‘berita
lama’. Namun kenyataannya ternyata masih ada yang mengungkit-ungkit ‘hal ini’.
Dan bagi saya ‘tak ada kata terlambat untuk menulis’ xD
Dari judulnya yang menurut saya hiperbola, tentu saya
sebagai manusia yang memiliki naluri penasaran membuka tautan tersebut. Hanya ada dua
paragraf, dan perkiraan saya tidak lebih dari 100 kata.
Apakah isi artikel tersebut perlu saya kutip di sini?
Saya rasa tidak perlu, karena saya yakin teman-teman lebih
cerdas dengan searching sendiri via se
(search engine) dengan keywords judul
artikel tersebut :D.
Artikel yang dipost-kan pada tahun 2010 itu, menyebutkan
bahwa pada salah satu episode film animasi tersebut menampilakn lagu “Rasa
Sayange” versi Malaysia. Mereka mengkhawatirkan jika seandainya anak-anak
Indonesia lebih hapal dengan lagu tersebut dengan versi Malaysia daripada lagu
aslinya.
Menurut saya tulisan tersebut diarahkan pada urusan politik,
yang sebenarnya mungkin hanya urusan budaya. Mengapa harus dipermasalahkan ke
arah sana, padahal bukankah ini menyangkut pendidikan anak??
Film animasi yang (kata KOMPAS) terkenal di 17 negara itu
saya akui memang bagus, mencontohkan sikap anak-anak yang baik, santun dan
ceria sesuai usianya. Selain itu, film tersebut menunjukkan norma-norma
pendidikan yang bagus seperti keberanian, kerajinan, kecerdikan, persahabatan, kesederhanaan dan kebijaksanaan. Jika
teman-teman termasuk penonton setia upin ipin pasti akan terbayang salah satu
tingkah pelakon kartun tersebut, di antaranya yaitu sikap upin ipin dan
teman-temannya yang berani mengajukan pertanyaan dan jawaban kepada cikgu
ketika sedang belajar di kelas, bercerita tentang cita-cita mereka di depan
kelas, “kita orang nak jadi astronot cikgu...” ucap upin dan ipin saat bicara
di depan kelas.
Bahkan Fizi yang ketika itu mengatakan ingin jadi petugas
kebersihan (bahasa kasarnya: tukang angkut sampah), sang cikgu pun menyampaikan
kehebatan Fizi dan menjelaskan kepada murid-murid bahwa semua pekerjaan adalah
baik selama membawa manfaat kepada orang lain. Tutur kata cikgu yang lembut dan
bijak tersebut membuat kagum murid-murid dan tidak menayangkan sikap saling
mengejek.
apakah teman-teman ingat dengan episode ini?
Sikap rajin yang dapat dicontohkan dalam film tersebut juga
dapat ditunjukkan oleh Ismail bin Mail, alias Mail. Anak laki-laki yang rajin
membantu mamaknya berjualan ayam goreng, dua seringgit :D. Dan juga Mei mei si
gadis kecil keturunan cina yang rajin belajar dan terlihat paling pandai karena
bercita-cita nak jadi cikgu pula. Saya suka...saya suka... ^^
Masih banyak cerita bagus dan menggemaskan dari film
tersebut, karena saya sendiri penikmat film Upin Ipin ;) :D . bahkan saya
menilai sendiri bahwa pencipta film animasi itu sepertinya memang sangat
mengetahui dunia anak-anak.
Dari sini muncul pertanyaan, dalam penayangan film tersebut
apakah masih perlu mendahulukan kepentingan politik ?? (politik yang dalam hal
ini diartikan sebagai pelaksanaan kebijakan publik). Ataukah lebih penting
mengutamakan pendidikan?
Kalau boleh berpendapat, mengenai reaksi dan kritikan
tentang film upin ipin yang dinilai sebagian orang dapat menghancurkan bangsa
Indonesia, tidak perlu dibesar-besarkan. Mungkin memang akibat dari kalimat
seorang penulis yang dapat membuat para pembaca menjadi terprovokasi dsb., hal
yang sebenarnya bisa diatasi sendiri justru dianggap masalah besar.
Boleh lah mengenai lagu “Rasa Sayange” yang disadur orang
Malaysia, memang secara etis mungkin kurang diindahkan orang-orang kita. Namun,
hal tersebut menurut saya sebenarnya bisa diatasi sendiri. Semua bergantung
bagaimana para orang tua, kakak, guru, pandai-pandai menjelaskan hal tersebut. Bisa
saja kita menjelaskan kepada anak-anak yang kurang mengerti bahwa lagu tersebut
aslinya begini....., itu lagu dari sini...., asal daerah ini..., dsb. mungkin
hal ini juga menjadi PR untuk para guru kesenian untuk lebih mengenalkan
kesenian dan budaya bangsa :D. Karena ada pepatah mengatakan, bahwa ‘Jika kita
kuat dan pandai, maka musuh sehebat apapun mereka tidak akan berhasil (berhasil
mengganggu kita)’. Bukan berarti kata ‘musuh’ tersebut bermakna konotasi, alias
hanya kiasan, dan bermakna sebenarnya hanya jika mereka terbukti memiliki niat :)
Terlepas dari masalah tersebut, justru saya merekomendasikan
anak-anak untuk menyaksikan film ini, daripada terbiasa menonton film yang
tidak ada unsur pendidikannya sama sekali, karena menurut saya urusan
pendidikan anak tidak ada toleransi sebab apa yang ditanamkan sejak kecil akan
menuai perilaku mereka ketika remaja bahkan dewasa. Dan masalah toleransi,
dunia anak-anak tetap membutuhkan hiburan, bermain, sumber imajinasi, yang
nantinya akan membentuk karakter diri. Karena jika itu terlewati, bisa saja
mereka akan mencarinya di usia yang tak lagi anak-anak :D
Saya bukan orang psikologi, apalagi psikolog anak. Tapi saya
punya adik kecil yang menjadi inspirasi bagi saya tentang dunia anak kecil, dan
saya pun pernah kecil :).
0 komentar:
Posting Komentar